Senin, 15 Desember 2014

Filsafat Empirisme


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai aliran pemikiran seperti  Rasionalisme dan Empirisme. Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran Empirisme (Francius Bacon, Thomas Hobbes. John lecke David Hume).
Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume.

1.2 Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian empirisme?
2)      Bagaimana sejarah empirisme?
3)      Apa saja jenis empirisme?
4)      Siapa saja tokoh tokoh aliran empirisme?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Pengertian Empirisme
         Empirisme berasal dari bahasa Inggris : empiricism, kata Yunani yaitu empeiria yang berarti “pengalaman indrawi”, dan dari Bahasa Latin : experentia (pengalaman).[1] Empirisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan akal.[2]
         Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan memilih bukti empiris. Dalam hal anak panah ,menurut empirisme, yang benar adalah yang bergerak, sebab secara empiris dapat dibuktikan bahwa anak panah itu bergerak. Coba saja,perut anda menghadang anak panah itu,tentu anak panah itu sakan menembus perut anda,dan benda yang menembus sesuatu itu harus bergerak. Memang  sesuatu yang diam tidak mampu menembus. Dengan empirisme inilah, aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat.[3]  Untuk lebih memahami filsafat empirisme, kita perlu terlebih dahulu melihat dua ciri pendekatan empirisme, yaitu: pendekatan makna dan pendekatan pengetahuan. Pendekatan makna menekankan pada pengalaman; sedangkan, pendekatan pengetahuan menekankan pada kebenaran yang diperoleh melalui pengamatan (observasi), atau yang diberi istilah dengan kebenaran a posteriori.
Ide pokok Empirisme
Ø  Pandangan bahwa sebuah idea tau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
Ø  Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan dan bukan akal atau rasio.
Ø  Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data indrawi.
Ø  Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data indrawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika
Ø  Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.

Kelebihan dan Kekurangan Empirisme
1.        Kelebihan empirime adalah pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang benar, karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

2.    Sedangkan kelemahan empirisme diantaranya adalah sebagai berikut:

a.       Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil benda itu kecil? Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek salah.
b.      Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
c.       Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan inderawi yang salah.
d.      Indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sini mata) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Jika melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah kepala kerbau, dan kerbau pada saat itu memang tidak mampu sekaligus memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.      

2.2  Sejarah Empirisme
        Empirisme ini dikembangkan oleh orang inggris maka dikenal oleh Empirisme inggris , sedang Rasionalisme dikenal dengan Rasionalisme Eropa. Rasionalisme adalah seseorang yang sangat percaya akal sebagai sumber utama pemikiran, mungkin juga percaya bahwa manusia mempunyai suatu gagasan bawaan tertentu dalam pikirannya yang dapat mendahului seluruh pengalaman. Tokohnya yang terkenal adalah Rene Descartes. Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume. Bersebrangan dengan Rasionalis, empiris berpendapat bahwa pikiran kita tidak sama sekali memiliki ingatan apapun yang belum pernah kita alami melalui indra.[4]

2.3  Beberapa Jenis Empirisme
Berikut ini adalah beberapa jenis empirisme :
1.      Empirio-kritisme
Empirio-kritisme disebut juga machisme. Ini sebuah aliran filsafat yang bersifat subyektif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti dari aliran ini ialah ingin membersihkan pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kasualitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori (mengacu pada kesimpulan yang bukan dari pengalaman[5]) . Pengertian apriori ini secara salah dimasukkan ke dalam pengalaman. Sebagai gantinya, aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen elemen netral. Dengan mengajukan ajaran tentang koordinasi dasar,empirio, kritisme berubah menjadi idealisme subjektif. Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Berkeley dan Hume tetapi secara sembunyi sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2.      Empirisme logis
Empirisme logis berpegang pada pandangan pandangan berikut :
a.       Analisis logis modern dapat diterapkan pada pemecahan problem filosofis dan ilmiah.
b.      Ada batas batas bagi empirisme. Prinsip sistem logika formal dan prinsip induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman. Contohnya angka 12 menduduki tempat antara 11 dan 13 serta mempunyai hubungan tertentu dengan bilangan 24,48 dan sebagainya.[6]
c.       Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan pda proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera seketika.
d.      Pertanyaan pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna. Dan paham ini merendahkan filsafat menjadi analisis bahasa dalam makna.
3.      Empirisme radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu dianggap bukan pengetahuan.

2.4  Tokoh Aliran Empirisme
Berikut ini adalah tokoh yang menganut aliran empirisme :
1.             Francis Bacon (1210 – 1292)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan tang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Kata Bacon selanjutnya : “Kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metoda deduktif. Dari dogma dogma diambil kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret, mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan.”[7]

2.             Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Thomas Hubbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indera lah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual atau rasio tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data data inderawi belaka. Pengikut Thomas Hubbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan dari segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran.
3.             John Locke (1632-1704)
John Locke adalah filosof Inggris. Ia lahir di Wrington, Somersetshire , pada tahun 1632, filsafat Locke bisa dikatakan anti metafisika,artinya  ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi. Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689) menuliskan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman.Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep tentang sesuatu yang berada dibalik pengalaman. John Locke menolak adanya innate ide, termasuk apa yang diajarkan Descartes, Spinoza dan Leibniz, semuanya ditolaknya. Yang innate (bawaan) itu tidak ada.

4.             David Hume (1711-1776)
Pada tahun 1748 David Hume menulis buku, baik buku Treatis maupun buku Enquiry yang kedua duanya menggunakan metode empirisme, sama seperti John Locke.
David Hume menyatakan bahwa bila anda ingin puas, anda mesti meneliti bagaimana anda sampai pada pengetahuan tentang sebab akibat. Kesimpulan Hume adalah bahwa kita mengetahui sebab akibat bukan dari akal, melainkan melalui pengalaman, karena kita terlalu sering melihatnya , maka kita tahu bahwa bola biliar bergerak dan menabrak bola lain dan masuk kedalam lubang yang dapat diperhitungkan sebelumnya. Seandainya anda belum pernah melihatnya, anda tidak akan memiliki idea apa apa tentang itu. Anda juga tidak mampu membuat prediksi apa apa. Jadi, prediksi tentang sebab akibat yang akan terjadi akan bergantung pada pengalaman yang mendahuluinya. Tidak ada akal atau pikiran apa pun yang memadai untuk membuat prediksi.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø  Empirisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan akal.
Ø  Empirisme muncul sebagai penolakan atas aliran rasionalisme.
Ø  Jenis jenis empirisme yaitu : empirio kritisme, empirisme logis, dan empirisme radikal.
Ø  Beberapa tokoh empirisme adalah : Francis Bacon, Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume.

DAFTAR PUSTAKA
Supriadi, Dedi. 2010. Pengantar Filsafat Islam.  Bandung : CV.Pustaka Setia.
Faruk,Ahmad. 2009. Filsafat Islam Sebuah Penelurusaran Tematis. Ponorogo : STAIN Po Press.
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Mudhofir, Ali. 2001. Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sholihin,Muhammad. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari klasik Hingga Modern. Bandung  : CV.Pustaka Setia.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2006.  Pengantar Filsafat. Bandung : PT. Refika Aditama.






[1] Ahmad Faruk, Filsafat Islam Sebuah Penelurusaran Tematis (Ponorogo : STAIN Po Press,2009),39.
[2] Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu (Jakarta : PT. Rineka Cipta,2010),hal.163.
[3] Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam  (Bandung : CV.Pustaka Setia,2010),108.
[4] M. Sholihin, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari klasik Hingga Modern (Bandung  : CV.Pustaka Setia, ,2007),158-160.
[5] Ali Mudhofir, Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,2001), hal. 34.

[6] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat (Bandung : PT. Refika Aditama), 2006, hal 116.
[7] Fuad Ihsan, Filsafat ..., hal 166


Tidak ada komentar:

Posting Komentar