BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat
modern telah dimulai, dalam era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan
dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai aliran pemikiran seperti Rasionalisme dan Empirisme. Namun didalam
pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran Empirisme (Francius Bacon, Thomas
Hobbes. John lecke David Hume).
Sebagai reaksi dari pemikiran
rasionalisme Descartes muncul para filosof yang berkembang kemudian yang
bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu
bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme,
di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume.
1.2
Rumusan Masalah
1)
Apa pengertian empirisme?
2)
Bagaimana sejarah empirisme?
3)
Apa saja jenis empirisme?
4)
Siapa saja tokoh tokoh aliran empirisme?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa Inggris
: empiricism, kata Yunani yaitu empeiria yang berarti “pengalaman indrawi”, dan dari Bahasa
Latin : experentia (pengalaman).[1] Empirisme
adalah aliran filsafat yang menekankan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan
serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan akal.[2]
Empirisme ialah paham filsafat yang
mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan memilih bukti empiris. Dalam
hal anak panah ,menurut empirisme, yang benar adalah yang bergerak, sebab
secara empiris dapat dibuktikan bahwa anak panah itu bergerak. Coba saja,perut
anda menghadang anak panah itu,tentu anak panah itu sakan menembus perut
anda,dan benda yang menembus sesuatu itu harus bergerak. Memang sesuatu yang diam tidak mampu menembus. Dengan
empirisme inilah, aturan (untuk mengatur
manusia dan alam) itu dibuat.[3] Untuk
lebih memahami filsafat empirisme, kita perlu terlebih dahulu melihat dua ciri
pendekatan empirisme, yaitu: pendekatan makna dan pendekatan pengetahuan.
Pendekatan makna menekankan pada pengalaman; sedangkan, pendekatan pengetahuan
menekankan pada kebenaran yang diperoleh melalui pengamatan (observasi), atau
yang diberi istilah dengan kebenaran a posteriori.
Ide pokok Empirisme
Ø Pandangan
bahwa sebuah idea tau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
Ø Pengalaman
inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan dan bukan akal atau rasio.
Ø Semua yang
kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data indrawi.
Ø Semua
pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari
data indrawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika
Ø Akal budi
sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan
pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat
tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
Kelebihan
dan Kekurangan Empirisme
1.
Kelebihan empirime adalah pengalaman indera merupakan
sumber pengetahuan yang benar, karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta
yang terjadi di lapangan.
2. Sedangkan kelemahan
empirisme diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Indra
terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil benda itu
kecil? Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek salah.
b. Indera
menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas
dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
c. Objek yang
menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak
sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas dapat
menimbulkan inderawi yang salah.
d. Indera dan
objek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sini mata) tidak mampu melihat seekor
kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan
badannya secara keseluruhan. Jika melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah
kepala kerbau, dan kerbau pada saat itu memang tidak mampu sekaligus
memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia.
2.2 Sejarah Empirisme
Empirisme ini dikembangkan oleh orang
inggris maka dikenal oleh Empirisme inggris , sedang Rasionalisme dikenal
dengan Rasionalisme Eropa. Rasionalisme adalah seseorang yang sangat percaya
akal sebagai sumber utama pemikiran, mungkin juga percaya bahwa manusia
mempunyai suatu gagasan bawaan tertentu dalam pikirannya yang dapat mendahului
seluruh pengalaman. Tokohnya yang terkenal adalah Rene Descartes. Sebagai
reaksi dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang
berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap
bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut
sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George
Barkeley, dan David Hume. Bersebrangan dengan Rasionalis, empiris
berpendapat bahwa pikiran kita tidak sama sekali memiliki ingatan apapun yang
belum pernah kita alami melalui indra.[4]
2.3 Beberapa Jenis Empirisme
Berikut
ini adalah beberapa jenis empirisme :
1. Empirio-kritisme
Empirio-kritisme
disebut juga machisme. Ini sebuah aliran filsafat yang bersifat subyektif-idealistik.
Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti dari aliran ini ialah ingin
membersihkan pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan,
kasualitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori (mengacu pada kesimpulan yang bukan dari pengalaman[5]) . Pengertian apriori ini secara salah
dimasukkan ke dalam pengalaman. Sebagai gantinya, aliran ini mengajukan konsep
dunia sebagai kumpulan jumlah elemen elemen netral. Dengan mengajukan ajaran
tentang koordinasi dasar,empirio, kritisme berubah menjadi idealisme subjektif.
Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Berkeley dan Hume
tetapi secara sembunyi sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral
filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2. Empirisme
logis
Empirisme
logis berpegang pada pandangan pandangan berikut :
a. Analisis
logis modern dapat diterapkan pada pemecahan problem filosofis dan ilmiah.
b. Ada
batas batas bagi empirisme. Prinsip sistem logika formal dan prinsip induktif
tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman. Contohnya angka 12
menduduki tempat antara 11 dan 13 serta mempunyai hubungan tertentu dengan
bilangan 24,48 dan sebagainya.[6]
c. Semua
proposisi yang benar dapat dijabarkan pda proposisi mengenai data inderawi yang
kurang lebih merupakan data indera seketika.
d. Pertanyaan
pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak
mengandung makna. Dan paham ini merendahkan filsafat menjadi analisis bahasa
dalam makna.
3. Empirisme
radikal
Suatu
aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada
pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu dianggap
bukan pengetahuan.
2.4 Tokoh Aliran Empirisme
Berikut
ini adalah tokoh yang menganut aliran empirisme :
1.
Francis Bacon (1210 – 1292)
Menurut Francis Bacon
bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan tang diterima orang
melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Kata
Bacon selanjutnya : “Kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metoda deduktif. Dari
dogma dogma diambil kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang
memperhatikan yang konkret, mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan.”[7]
2.
Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Thomas Hubbes
berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan.
Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indera lah yang merupakan kebenaran.
Pengetahuan intelektual atau rasio tidak lain hanyalah merupakan penggabungan
data data inderawi belaka. Pengikut Thomas Hubbes berpendapat bahwa pengalaman
inderawi sebagai permulaan dari segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat
disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran.
3.
John Locke (1632-1704)
John Locke adalah
filosof Inggris. Ia lahir di Wrington, Somersetshire , pada tahun 1632,
filsafat Locke bisa dikatakan anti metafisika,artinya ia hanya menerima pemikiran matematis yang
pasti dan cara penarikan dengan metode induksi. Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689)
menuliskan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman.Ini berarti tidak
ada yang dapat dijadikan idea atau konsep tentang sesuatu yang berada dibalik
pengalaman. John Locke menolak adanya innate ide, termasuk apa yang diajarkan
Descartes, Spinoza dan Leibniz, semuanya ditolaknya. Yang innate (bawaan) itu
tidak ada.
4.
David Hume (1711-1776)
Pada
tahun 1748 David Hume menulis buku, baik buku Treatis maupun buku Enquiry yang
kedua duanya menggunakan metode empirisme, sama seperti John Locke.
David
Hume menyatakan bahwa bila anda ingin puas, anda mesti meneliti bagaimana anda
sampai pada pengetahuan tentang sebab akibat. Kesimpulan Hume adalah bahwa kita
mengetahui sebab akibat bukan dari akal, melainkan melalui pengalaman, karena
kita terlalu sering melihatnya , maka kita tahu bahwa bola biliar bergerak dan
menabrak bola lain dan masuk kedalam lubang yang dapat diperhitungkan
sebelumnya. Seandainya anda belum pernah melihatnya, anda tidak akan memiliki
idea apa apa tentang itu. Anda juga tidak mampu membuat prediksi apa apa. Jadi,
prediksi tentang sebab akibat yang akan terjadi akan bergantung pada pengalaman
yang mendahuluinya. Tidak ada akal atau pikiran apa pun yang memadai untuk
membuat prediksi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø Empirisme
adalah aliran filsafat yang menekankan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan
serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan akal.
Ø Empirisme
muncul sebagai penolakan atas aliran rasionalisme.
Ø Jenis
jenis empirisme yaitu : empirio kritisme, empirisme logis, dan empirisme
radikal.
Ø Beberapa
tokoh empirisme adalah : Francis Bacon, Thomas Hobbes, John Locke, dan David
Hume.
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi,
Dedi. 2010. Pengantar Filsafat Islam. Bandung : CV.Pustaka Setia.
Faruk,Ahmad.
2009. Filsafat Islam Sebuah Penelurusaran Tematis. Ponorogo : STAIN Po Press.
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Mudhofir, Ali. 2001. Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sholihin,Muhammad. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari klasik
Hingga Modern. Bandung : CV.Pustaka
Setia.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2006. Pengantar
Filsafat. Bandung : PT. Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar