METODE
DISCOVERY LEARNING
PAPER
Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pembimbing Bapak
Dr.Suranto., M.Pd
Oleh :
IFTITAH DIAN HUMAIROH 120210302015
KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A. Hakikat
Metode Discovery Learning
1.
Pengertian Metode discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran
yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin
ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran
penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam
pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong
untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan
melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau
konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran
Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Dalam
pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan
hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat
Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau
proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Pengertian discovery Learning
Menurut Para Ahli
Menurut Sund
dalam Roestiyah(1998,22),discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip.Yang dimaksudkandengan proses mental tersebut antara lain:
Mengamati,mencerna,mengerti,menggolong-golongkan,membuat
dugaan,menjejelaskan,
Mengukur,membuat kesinmpulan,dan sebagainya.
. Para ahli
mendefinisikan discovery learning berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandanganya
masing-masing :
1.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa
didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2.
Pengertian discovery learning
menurut Jerome Bruner adalah metode
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan
dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide
J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa
yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan
yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
3.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia
hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan
informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar
penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu
hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses
dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Dalam
pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan
hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier dalam Winddiharto(2004) yang menyatakan bahwa, apa yang
ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning
adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia
dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar
penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan
sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Karakteristik
Discovery Learning
Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2)
berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah ada.Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang
sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu :
1.
Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2.
Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar
pada siswa.
3.
Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan
yang ingin dicapai.
4.
Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses,
bukan menekan pada hasil.
5.
Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
6.
Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7.
Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami
pada siswa.
8.
Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan
pemahaman siswa.
9.
Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip
kognitif.
10.
Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk
menjelaskan proses pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan
analisis.
11.
Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
12.
Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog
atau diskusi dengan siswa lain dan guru.
13.
Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14.
Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
15.
Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
16.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.
Berdasarkan
ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme tersebut diatas, maka dalam
penerapannya didalam kelas sebagai berikut :
1. Mendorong
kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
2. Guru
mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon.
3. Mendorong
siswa berpikir tingkat tinggi.
4. Siswa
terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa lainnya.
5. Siswa
terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang terjadinya diskusi.
6. Guru
menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif.
Dari teori belajar kognitif serta ciri dan penerapan
teori kontruktivisme tersebut dapat melahirkan strategi discovery
learning.
3. Tujuan
Pengunaan Discovery Learning
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak
digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery.
Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki
sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam
ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri
merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau
ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery
anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan
sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema
yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Bell dalam Ratumanan (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan
penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan
siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran
meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran
dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit mauun
abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan
yang diberikan
c. Siswa juga belajar
merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab
untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan
penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling
membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa
fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilan yang
dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah
ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang
baru.
Adapun peran guru dalam
penggunaan discovery learning ini antara lain :
Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Merencanakan
pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah
yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran
yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.
Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah
yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang
berlawanan.
c. Guru juga harus
memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.
d. Bila siswa memecahkan
masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai
seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh
dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan
saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan
balik pada waktu yang tepat.
A. Alasan Penulis
memilih Metode Discovery Learning
Metode pembelajaran dengan discovery leasrning penting dibahas karena
akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama
pembelajaran berlangsung. Setiap guru atau pendidik mempunyai alasan-alasan
mengapa ia melakukan kegiatan dalam pembelajaran dengan menentukan sikap
tertentu. Maka dalam menggunakan metode discovery learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Dengan
demikian seorang guru dalam aplikasi metode Discovery Learning harus dapat
menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar lebih mandiri.
Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
Saya
memilih metode ini juga berdasarkan tujuan pembelajaran dari Metode Discovery
Learning ini. Tujuannya yaitu sebagia berikut :
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari
pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat
secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak
siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate)
informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak
rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan.
4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
mneggunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa
keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna.
6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan
dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
B. Langkah
– Langkah Discovery Learning
Menurut
Jerome Bruner Langkah-langkah penggunaan discovery learning ada 6:
a)
Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini
pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198). Disamping itu guru dapat
memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah Syah
(2004:244). Sebagaimana pendapat Djamarah (2002:22) bahwa: tahap ini Guru
bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau
mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.Stimulation pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan
dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan
stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Teacher can provide the condition in which
discovery learning is nourished and will grow. One way they can do this is to
guess at answers and let the class know they are guessing. (Norman dan
Richard Sprinthall, 1990:248). Dengan demikian seorang Guru harus menguasai
teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan
siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
b)
Problem statement (pernyataan/
identifikasi masalah).
setelah dilakukan
stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
Sedangkan menurut (Djamarah, 2002:22) permasalahan yang dipilih itu selanjutnya
harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan
(statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa perrmasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna ammembangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. Sebagaimna pendapat Bruner bahwa: The students can then analyze the teacher’s answer. This help prove to them that exploration can be both rewarding and safe. And it is thus a valuable technique for building life long discovery habits in the student (Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248).
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa perrmasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna ammembangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. Sebagaimna pendapat Bruner bahwa: The students can then analyze the teacher’s answer. This help prove to them that exploration can be both rewarding and safe. And it is thus a valuable technique for building life long discovery habits in the student (Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248).
c)
Data collection (pengumpulan
data).
Ketika eksplorasi
berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan
uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22). Konsekuensi dari tahap ini
adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki
d)
Data processing (pengolahan
data)
menurut Syah (2004:244) data processing
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah,
2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi
yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e)
Verification (pentahkikan/pembuktian)
Pada tahap ini siswa
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41). Sehingga setelah mencapai tujuan tersebut atau berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak (Djamarah, 2002:22).
f). Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan
adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi
tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah,
2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).
Yang perlu diperhatikan siswa setelah menarik kesimpulan adalah proses generalisasi menekankan pentingnya penguasaan pelajar atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu (Slameto, 2003:119). Yaitu dengan menangkap ciri-ciri atau sifat sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus (Djamarah, 2002:191)Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan mengaplikasikan metode discovery learning, sfer tinggi.
Yang perlu diperhatikan siswa setelah menarik kesimpulan adalah proses generalisasi menekankan pentingnya penguasaan pelajar atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu (Slameto, 2003:119). Yaitu dengan menangkap ciri-ciri atau sifat sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus (Djamarah, 2002:191)Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan mengaplikasikan metode discovery learning, sfer tinggi.
C. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Discovery Learning
Penggunaan
teknik discovery ini adalah guru berusaha meningkatkabn aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar.Roestiyah(1998,20),Maka teknik ini memiliki kelebihan
sebagai berikut :
1.
Teknik ini mampu membantu siswa
untuk mengembangkan,memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam psroses
kognitif/pengenalan siswa
2.
Siswa memperoleh pengetahuan
yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam
tertinggal dalam jiwa siswa tersebut
3.
Dapat membangkitkan kegairahan
belajar para siswa
4.
Mampu memberikan kesempatan
pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing
5.
Mampu mengarahkan cara siswa
belajar,sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat
6.
Membantu siswa untuk memperkuat
dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri
7.
Strategi itu berpusat pada
siswa,tidak pada guru.Guru hanya sebagai teman belajar saja,membantu bila
diperlukan Roestiyah(1998,20)
Walau demikian, masih ada pula kelemahan dari metode discovery learning yg perlu diperhatikan ialah sebagai berikut:
1.
Pada siswa harus ada kesiapan
dan kematangan mental untuk cara belajar ini.Siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik
2.
Bila kelas terlalu besar
penguunaan teknik ini akan kurang berhasil
3.
Bagi guru dan siswa yang sudah
biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sempat kecewa
bila diganti dengan teknik ini
4.
Dengan teknik ini ada yang
berpendapat bahwa proses mental ini trelalu mementingkan proses pengertian
saja,kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi
siswa
5.
Tidak memberika kesempatan berpikir secara kreatif (Roestiyah(1998,21)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar