Kok Bisa Proyek Mobil Listrik Dahlan Iskan Gagal?

Kok Bisa Proyek Mobil Listrik Dahlan Iskan Gagal?

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 18 Jul 2017 18:30 WIB
Foto: Pool
Jakarta - Sebuah foto diunggah oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan ke akun Facebook resminya pada 8 Juni 2017. Dalam foto itu, tampak Jonan berpose di samping sebuah mobil listrik yang sedang parkir sambil mengisi daya.

Foto itu diambil di Kota Beijing, China. Jonan ke sana untuk menghadiri Eight Clean Energy Ministerial (CEM8) dan melihat banyak mobil listrik berseliweran di jalan raya.

Stasiun pengisian listrik tersebar di mana-mana, mulai dari rumah hingga parkir gedung perkantoran dan pertokoan. Jonan terinspirasi, sepulang dari China ia langsung mengirim surat ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang isinya menyampaikan ide pengembangan mobil listrik di Indonesia. Dari situ lah mimpi mobil listrik 'Made in Indonesia' bangkit lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dulu Dahlan Iskan, sekarang Jonan yang mendorong pengembangan mobil listrik. Dahlan sudah lebih dulu dan lebih jauh merintis pengembangan mobil listrik di dalam negeri.

Semasa menjabat sebagai Menteri BUMN di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dahlan sangat getol mendorong pengembangan mobil listrik. Tak main-main, Dahlan memanggil pulang Ricky Elson, pria asal Padang yang berhasil mematenkan 14 penemuan di bidang motor listrik di Jepang.

Dahlan pun berani mengeluarkan uang miliaran rupiah dari koceknya sendiri untuk mendukung proyek mobil listrik. Misalnya untuk pengembangan mobil sport mirip Lamborghini bernama Selo buatan Ricky, Dahlan mengeluarkan dana Rp 1,5 miliar. Tucuxi karya Danet Suryatama, mobil sport mirip Ferrari, yang menghabiskan dana Rp 3 miliar juga dibiayai oleh Dahlan sendiri.

Tapi hingga masa jabatan Dahlan berakhir, mobil listrik buatan anak negeri belum berhasil masuk ke tahap produksi massal. Yang pasti bukan karena masalah kemampuan, Indonesia punya banyak orang pintar.

Lalu apa yang membuat proyek mobil listrik Dahlan gagal?

Dalam berbagai kesempatan, Dahlan mengungkapkan bahwa birokrasi perizinan dan regulasi pemerintah lah yang menjadi kendala utama. Misalnya saat mobil listrik merek Selo dan Gendhis karya Ricky Elson akan diuji coba, banyak perizinan yang harus diurus, prosesnya berbelit-belit.

Regulasi yang mengatur pun tak jelas. Kondisi ini sangat menghambat proses pengembangan mobil listrik nasional untuk siap produksi massal.

Pengembangan mobil listrik tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Dibutuhkan kerja sama lintas sektoral seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Teknologi, dan Kementerian ESDM. Kerja sama antar kementerian dan lembaga ini juga jadi momok.

Dahlan tak mendapat cukup bantuan dari rekan-rekannya di pemerintahan meski Presiden SBY sudah memberi perintah agar pengembangan mobil listrik didukung. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) misalnya, waktu itu tak kunjung menerbitkan sertifikat kelaikan untuk Selo dan Gendhis.

"Mobil listrik sulit sekali, peraturannya pun belum ada. Padahal itu kesempatan kita marathon dengan negara lain, karena sama-sama start," kata Dahlan kala itu.

Belajar dari kegagalan Dahlan itu, pemerintahan sekarang harus benar-benar berkomitmen kalau mau mengembangkan mobil listrik, semua instansi harus kompak. Koordinasi harus bagus, regulasi untuk mobil listrik dipermudah, dan didukung semua pihak.

"Ini kan program pemerintah, regulasinya harus mudah, harus didukung oleh semua pihak," kata Guru Besar Teknik Elektro Universitas Indonesia (UI), Iwa Garniwa, kepada detikFinance, Selasa (18/7/2017).

Kalau pengembangan mobil listrik gagal lagi, jalan-jalan raya di Indonesia akan dibuat macet oleh mobil-mobil listrik impor. Lagi-lagi Indonesia hanya jadi pasar, seperti sekarang. Makanya harus serius, perubahan datang lebih cepat daripada yang diperkirakan.

"Sekarang kita harus melihat, kalau tidak (mulai memproduksi mobil listrik) nanti kita jadi market negara-negara lain, jangan dong," tegas Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. (mca/ang)