Di Bawah Vietnam & Kamboja, Produktivitas Pekerja RI Rendah

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
02 July 2020 16:25
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung di Jakarta Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat produktivitas pekerja di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara lain. 

Pihak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan tingkat produktivitas pekerja Indonesia dalam periode 2010-2017 masih berada pada level rendah, dengan hanya tumbuh 3,8%, lebih lambat jika dibandingkan negara tetangga.

Diketahui tingkat produktivitas di Thailand mencapai 5,3%, Vietnam 5,8%, Filipina 4,1%, dan Kamboja 4,3%.  Bahkan indikator Total Factor Productivity (FTP) Indonesia pada periode yang sama tumbuh -1,5%.

"Berada di bawah capaian Thailand 0,6%, Malaysia 0,5%, Vietnam 1,8%, Filipina 1,4%, dan Kamboja 1,3%," ungkap Kemenkeu dalam Laporan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2021 bertajuk Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (2/7/2020).

Sebagai perbandingan, tingkat produktivitas Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan Singapura, Indonesia saat ini berada di urutan ke-16 dunia untuk ukuran PDB (Produk Domestik Bruto), sedangkan Singapura menempati urutan ke-38.

Kendati demikian, secara produktivitas, Singapura jauh lebih tinggi di atas Indonesia karena jumlah penduduknya yang sedikit. PDB per kapita Singapura mencapai US$ 49,754 per tahun atau 12 kali lebih besar dibandingkan PDB per kapita Indonesia yang saat ini mencapai US$ 4.050 per kapita setahun.

"Artinya seorang penduduk Singapura jauh lebih produktif daripada seorang Indonesia dalam setahun," jelas Kemenkeu.

Negara yang memiliki produktivitas rendah cenderung memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi, derajat kesehatan yang lebih rendah, dan kemampuan akademis yang juga lebih rendah.

Indonesia saat ini hanya menempati urutan ke-87 dalam kategori Human Capital Index (HCI) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Jadi, tingkat produktivitas Indonesia tertinggal cukup jauh jika dibandingkan dengan Singapura, yang menempati urutan tertinggi dalam HCI.

Secara sederhana, menurut Kemenkeu dapat diartikan bahwa Indonesia hanya menang secara kuantitas dari sisi jumlah penduduk.

Pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan mencapai 319 juta orang. Di tahun tersebut, Indonesia akan memiliki 47% penduduk yang berusia produktif, 73% tinggal di perkotaan, dan 70% lainnya diperkirakan menjadi kelas menengah.

Beberapa Lembaga juga memproyeksikan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima dengan pendapatan per kapita mencapai US$23.199 pada tahun 2045.

"Namun jumlah penduduk yang besar tersebut tidak diimbangi dengan kualitas manusianya, yang justru masih relatif tertinggal," ungkap Kemenkeu.

Adapun, berdasarkan data dari Asian Productivity Organization (APO) yang dikutip Kemenkeu, memperlihatkan, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (labour productivity/LP) Indonesia dalam periode 2010-2016 masih tertinggal dari Filipina, Vietnam, Kamboja, bahkan dari Laos.

Masing-masing LP Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Laos masing-masing mampu tumbuh 3,8%, 4,5%, 4,9%, dan 5,3%. Sedangkan LP Indonesia hanya tumbuh 3,6% di periode yang sama.

Kemenkeu memandang, salah satu penyebab tingkat produktivitas Indonesia rendah tidak terlepas dari faktor kualitas tenaga kerja dan bidang pekerjaan. Tingginya lapangan kerja informal cenderung memberikan sumbangsih nilai tambah yang rendah di perekonomian.

Sektor informal memang telah mendominasi Indonesia dengan persentase 57% dari lapangan kerja yang tersedia. Tinggi sektor informal ini juga disebabkan oleh latar belakang pendidikan tenaga kerja Indonesia yang masih relatif kurang memadai, di mana tenaga kerja berpendidikan SMP ke bawah mencapai 57,5% dari lapangan kerja yang tersedia.

Sebanyak 60,43% dari total pekerja Indonesia juga dengan keterampilan dan keahlian yang masih rendah. Bila dibedah lebih dalam, di sektor informal tenaga kerja dengan pendidikan SMP ke bawah masih mendominasi dan mencapai 75,6%.

"Produktivitas nasional yang masih rendah beriringan dengan output sektor manufaktur yang masih terbatas. Keterbatasan produktivitas sektor manufaktur merupakan konsekuensi dari dominasi industri berintensitas teknologi rendah," ungkap Kemenkeu.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Buruh RI Mahal Tapi Tak Produktif, Investor Lari ke Vietnam


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading